Justmeaja - Timbunan lemak di perut memang sangat
mengganggu penampilan. Terlebih saat menggunakan rok atau celana yang
dipadu dengan busana ketat, perut pun tampak seperti kue muffin yang
mengembang di atas cup.
Menyingkirkan timbunan lemak di bagian perut memang membutuhkan
usaha keras dan waktu yang cukup lama. Karena itu, sebelum memiliki
timbunan lemak di area perut, Anda bisa menghindarinya dengan
mengonsumsi salmon dan walnut.
Dua makanan tersebut dianggap mampu mencegah pembentukan muffin top
karena kaya akan kandungan lemak tak jenuh ganda. Hal itu diungkapkan
oleh para peneliti asal Swedia. Mereka menemukan, orang yang mengonsumsi
jenis lemak sehat itu akan membuat perut membentuk otot lebih banyak
dibanding lemak.
Konsumsi lemak tak jenuh juga membuat tubuh menyimpan lebih sedikit
lemak di sekitar pinggang dan organ dalam, sehingga menceg
Anda bisa mendapatkan lemak tak jenuh dari minyak ikan seperti
salmon, mackerel, tuna, kacang, biji-bijian dan minyak zaitun. Makanan
ini mengandung lemak tak jenuh yang dapat mengubah sifat gen di dalam
lemak visceral atau lemak yang menumpuk di sekitar organ dalam tubuh dan
mengurangi penyimpanan lemak serta meningkatkan metabolisme gula. ah
terbentuknya muffin top. Para peneliti dari Uppsala University ini
mengungkapkan hal itu setelah mempelajari 39 pria dan wanita dewasa
dengan berat badan normal, yang mengasup 750 ekstra kalori setiap
harinya selama tujuh minggu.
Justmeaja - Timbunan lemak di perut memang sangat
mengganggu penampilan. Terlebih saat menggunakan rok atau celana yang
dipadu dengan busana ketat, perut pun tampak seperti kue muffin yang
mengembang di atas cup.
Menyingkirkan timbunan lemak di bagian perut memang membutuhkan
usaha keras dan waktu yang cukup lama. Karena itu, sebelum memiliki
timbunan lemak di area perut, Anda bisa menghindarinya dengan
mengonsumsi salmon dan walnut.
Dua makanan tersebut dianggap mampu mencegah pembentukan muffin top
karena kaya akan kandungan lemak tak jenuh ganda. Hal itu diungkapkan
oleh para peneliti asal Swedia. Mereka menemukan, orang yang mengonsumsi
jenis lemak sehat itu akan membuat perut membentuk otot lebih banyak
dibanding lemak.
Konsumsi lemak tak jenuh juga membuat tubuh menyimpan lebih sedikit
lemak di sekitar pinggang dan organ dalam, sehingga mencegah
terbentuknya muffin top. Para peneliti dari Uppsala University ini
mengungkapkan hal itu setelah mempelajari 39 pria dan wanita dewasa
dengan berat badan normal, yang mengasup 750 ekstra kalori setiap
harinya selama tujuh minggu.
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah membuat para partisipan
menaikkan 3 persen berat badannya sejak memulai diet di hari pertama
program tujuh minggu tersebut. Setengah partisipan diminta mengonsumsi
kalori dari minyak biji matahari yang mengandung lemak tak jenuh ganda.
Sementara sebagian lainnya menambah kalori dari minyak kelapa sawit
yang mengandung lemak jenuh. Di luar konsumsi minyak, kedua kelompok
responden tersebut mengonsumsi nutrisi dan porsi yang sama seperti gula,
karbohidrat, lemak dan protein.
Kemudian, peningkatan jumlah lemak tubuh dan distribusi lemak
diukur menggunakan scan MRI sebelum dan setelah berat badan mereka naik.
Penambahan massa otot juga termasuk dalam pengukuran. Selain itu,
peneliti juga memeriksa aktivitas gen di dalam lemak perut sebelum dan
sesudah penambahan berat badan dengan menggunakan chip khusus.
Hasilnya, ditemukan adanya kesamaan dalam pertambahan berat badan
antara kelompok yang mengonsumsi minyak biji matahari dengan kelompok
yang mengonsumsi minyak kelapa sawit. Namun, kelompok yang mengonsumsi
lemak jenuh, lebih banyak menyimpan lemak di liver dan perut.
Jumlah lemak yang menumpuk di dalam tubuh juga jauh lebih banyak.
Sementara pembentukan massa ototnya tiga kali lebih sedikit dibanding
kelompok yang mendapat ekstra kalori dari lemak tak jenuh.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti juga menemukan
bahwa orang yang banyak mengonsumsi lemak tak jenuh ganda berisiko lebih
kecil terkena penyakit jantung dan diabetes.
"Lemak liver dan visceral memang berbahaya dan berpotensi
menyebabkan berbagai gangguan pada metabolisme tubuh. Penemuan ini bisa
jadi informasi penting bagi mereka yang menderita gangguan metabolisme
seperti diabetes. Berat badan yang bertambah karena otot lebih sehat
bukan karena lemak," jelas Ulf Riserus, associate professor dari
Department of Public Health and Caring Science, yang juga memimpin
penelitian, seperti dikutip Daily Mail.
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah membuat para partisipan
menaikkan 3 persen berat badannya sejak memulai diet di hari pertama
program tujuh minggu tersebut. Setengah partisipan diminta mengonsumsi
kalori dari minyak biji matahari yang mengandung lemak tak jenuh ganda.
Sementara sebagian lainnya menambah kalori dari minyak kelapa sawit
yang mengandung lemak jenuh. Di luar konsumsi minyak, kedua kelompok
responden tersebut mengonsumsi nutrisi dan porsi yang sama seperti gula,
karbohidrat, lemak dan protein.
Kemudian, peningkatan jumlah lemak tubuh dan distribusi lemak
diukur menggunakan scan MRI sebelum dan setelah berat badan mereka naik.
Penambahan massa otot juga termasuk dalam pengukuran. Selain itu,
peneliti juga memeriksa aktivitas gen di dalam lemak perut sebelum dan
sesudah penambahan berat badan dengan menggunakan chip khusus.
Hasilnya, ditemukan adanya kesamaan dalam pertambahan berat badan
antara kelompok yang mengonsumsi minyak biji matahari dengan kelompok
yang mengonsumsi minyak kelapa sawit. Namun, kelompok yang mengonsumsi
lemak jenuh, lebih banyak menyimpan lemak di liver dan perut.
Jumlah lemak yang menumpuk di dalam tubuh juga jauh lebih banyak.
Sementara pembentukan massa ototnya tiga kali lebih sedikit dibanding
kelompok yang mendapat ekstra kalori dari lemak tak jenuh.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti juga menemukan
bahwa orang yang banyak mengonsumsi lemak tak jenuh ganda berisiko lebih
kecil terkena penyakit jantung dan diabetes.
"Lemak liver dan visceral memang berbahaya dan berpotensi
menyebabkan berbagai gangguan pada metabolisme tubuh. Penemuan ini bisa
jadi informasi penting bagi mereka yang menderita gangguan metabolisme
seperti diabetes. Berat badan yang bertambah karena otot lebih sehat
bukan karena lemak," jelas Ulf Riserus, associate professor dari
Department of Public Health and Caring Science, yang juga memimpin
penelitian, seperti dikutip Daily Mail.
sumber : vivalife
0 komentar:
Posting Komentar